Langsung ke konten utama

Tuban City

07.09.2017

Ini tentang RanDLY, sebuah persahabatan antara saya (Rani), teman saya Desy, Lia dan Yunita. Satu persatu dari kami mulai menemukan pasangan untuk memulai kehidupannya yang baru saat itu. hari Minggu 9 Juli 2017 kami menghadiri pesta penikahan sahabat kami yang bernama Desy. Dia cantik, bahagia, menyambut kami dengan hangat, dan pernikahannya juga anggun sama seperti orangnya. Dekorasinya cenderung berwarna pink cerah. Girly banget sama kayak keinginannya Desy.
Memang sudah berlalu, tapi di sini saya mengucapkan sekali lagi, selamat menempuh hidup baru kawan. Kamu cantik, baik hati dan pasti kelak akan menjadi istri dan ibu yang selalu menjadi kebanggaan suami dan anak-anaknya kelak.
Point nya adalah beberapa tahun yang lalu saya pernah ke Tuban, tempat tinggal Desy sebelum saya mengenal Desy. Saya ke Tuban bersama orang-orang yang sangat saya sayangi seperti ibu, bapak, adik dan sahabat SMA saya yang bernama Ria Rizky Amelia. Saya mengunjungi tempat-tempat yang indah di Tuban seperti pantai Boom, Gua Akbar, Alun-Alun Tuban yang kece dan Masjid Agungnya yang unik karena kemegahan dan warnanya yang mencolok banget serta pas di pinggir masjid ada wisata religi yaitu makam Sunan Bonang. Di Tuban juga terkenal dengan makanan “Ental” dan minuman “Legen”. Jika kamu yang lagi baca tulisan ini, wajib buat makan dan minum makanan tersebut, kalau nggak gitu kamu nggak Tuban banget pokoknya.
Saya ke sana di waktu yang berbeda-beda dengan orang yang saya sayangi tersebut. Tapi saya ke sana dengan bonek aLias nekat mbolang karena belum tahu benar rute kota Tuban itu seperti apa. Bayangin deh betapa serunya perjalanan kami ke sana. Ada aja kejadian menarik kayak ngumpulin kerang yang gila warnanya itu loh kayak permen cokelat chacha (warna-warni), dikerjar-kejar pengemis saat di Makam Sunan Bonang, sholat dhuhur dalam goa, Lari-lari mengejar bis yang hampir meninggalkan kami karena terlalu asik halan-halan di Alun-Alun Tuban, dan masih banyak lagi.
Hampir lima atau tujuh tahun setelahnya, Desy mengatakan kalau dia ingin kami sahabatnya (RanDLY) bisa berkunjung ke rumahnya suatu hari nanti. Dia mnegatakan saat kami sedang kuLiah di Madura. Kami bertiga (saya, Yunita dan Lia) nggak yakin kalau bisa main ke sana karena ternyata rumah Desy jauh dari pusat kota Tuban yang pernah saya kunjungi dulu.
Mendengar kata Tuban saya jadi teringan kenangan manis dulu saat berpetualang dengan orang-orang yang saya sayangi tersebut. Saya nggak sadar kalau saya telah menvisualisasikan bagaimana RanDLY bisa berkumpul bersama di Tuban dalam suka cita suatu hari nanti yang kelihatannya itu nggak mungkin deh. Pengen ngajak mereka dan bilang “ini loh kota Tuban dan Pantai utaranya yang keren”. Kenapa saya bilag gitu karena nyatanya hampir 4 tahun saya kuLiah di Madura, saya selalu berpetualang bersama teman-teman saya di sepanjang pantai selatan di provinsi jawa timur.
Benar saja hari itu persiapan berjalan sangat cepat, saat Desy mengundang kami ke acara pernikahannya di Tuban. Kami bertiga cewek dan ke sana naik apa, sama siapa, dan gila perjalanan 7 jam itu yakin ta ke sana? Kami mencoba mengajak teman-teman cowok yang juga teman Desy untuk ikut ke sana. Tapi mereka menolak dengan sejuta alasan. Akhirnya kami memutuskan pergi ke sana dengan sebuah mobil milik ayahnya Lia dan suaminya sebagai driver satu-satunya yang nekat membawa kami ke Tuban tempat Desy akan menikah.
Kecewa iya, karena dari sekian banyak yang diundang Desy yang hadir hanya empat orang dari teman-teman kuLiahnya dulu. Takut iya karena kita belum pernah ke sana. Itu saja. Tapi saya cuma bisa ngabayangin kemungkinan-kemungkinan akan keseruan dan kelancaran perjalanan kami ke sana.
It happen!!! Kami ber-empat ke Tuban malam hari dan sampai di sana hampir subuh. Jalan yang kami tempuh benar-benar mengandalkan doa dan google map. Sepanjang perjalanan kami mengira hampir tersesat karena apa yang diceritakan Desy tidak sama dengan jalan yang kami lewati saat itu. Bayangin tengah malam kanan kiri sepi antara hutan, bukit, sawah dan kebun pisang. Ngeri sih, tapi gila itu pengalaman yang luar biasa menurut kami. Ternyata sesampainya di rumah Desy, kita salah paham. Harusnya kami lewat pantura, nyatanya kami semalam lewat dalam kotanya. Oke, no problem. It’s Oke. Besok saat pulang baru kami akan lewat pantura. Kan seru bisa tahu dua jalan yang berbeda dengan view yang beda juga. Hahaha #menghiburdirisendiri
Di sana piala bergulir pun jatuh ke tangan Desy. Setelah akad nikah, Desy yang berbahagia dengan suami dan tamu undangan, kami berempat pun pulang. Dan ternyata perjalanan pulangnya itu juga menyenangkan. Mampir ke pantai Sowan. Asli pemandangannya cantik perpaduan antara bukit, taman, dan pantai. Di sana saya melihat diri saya sendiri dengan pakaian dan riasan yang serba pink. Saya merasa cantik dan bebas. Sebenarnya kalau orang lihat biasa saja sih, tapi hari itu begitu spesial karena ini adalah trip nekat saya dengan teman-teman tapi dengan dandanan cantik, nggak seperti biasanya yang mbambung motoran ala kadarnya. Hihihihi....

Jalan-jalan nggak berhenti sampai di situ. Waktu dhuhur kami mencoba cari masjid terdekat dan tanpa di duga kami melewati terminal Tuban. Saya mengajak teman-teman saya untuk beribadah di Masjid Tuban yang terkenal itu yang lokasinya sangat dekat dengan terminal tersebut. Teman-teman setuju dan mobil kami pun belok ke arah yang saya tunjukkan. Kami melewati Alun-Alun Tuban dan parkir tepat di depan Masjid. Usai sholat, beberapa dari kami mengunjungi makam Sunan Bonang untuk wisata religi, lalu lanjut foto-foto bersama, shopping pernak-penik dan beli oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Yup, ental dan legen berjejeran di sana.
Bagi saya rasanya itu nge-jleb banget. Kenapa? Karena dulu saat jalan-jalan dengan keluarga dan sahabat yang lain saya nggak sempat masuk ke dalam masjid – aLias cuma bisa ngelihatin dari luar. Saya juga nggak sempat beli pernak-pernik favorit saya “R” kalau sedang wisata religi karena keterbatasan waktu. Terlebih lagi seperti napak tilas, semua kenangan indah dulu saat berada di Tuban bermunculan di benak saya dan rasanya di hati itu, Ya Allah, kangen iya, pasti di masa itu dan saya mengucapkan berkali-kali terima kasih ke pada Tuhan karena sudah ke Tuban yang ketiga kali ini dengan orang-orang yang saya sayangi. Meski tempatnya sama tapi dengan orang, pengalaman dan keseruan yang berbeda-beda.
Ini cerita sederhana dan yang membuat saya takjub adalah ketika Desy mengundang saya lewat bbm, saya hanya memikirkan dan menvisualisasikan bahwa saya dan personil RanDLY lainnya pasti dan akan bisa datang ke acara penikahan tersebut. Saya ngebayangin saya ada di dalam sebuah mobil dengan sahabat-sahabat saya. Saya itu perjalanan jauh dengan jarak tempuh 7 jam sama kayak naik bus dari lamongan ke Semarang. Tapi yang saya pikirkan bukan capeknya atau takut tersesatnya. Saya hanya memikirkan saya bisa ke sana, menghadiri pernikahan sahabat saya, lalu jalan-jalan ke Pantai, dan jika Tuhan bermurah hati saya ingin melakukan apa yang dulu tidak sempat saya lakukan saat berada di Tuban. Itu terjadi, benar-benar terjadi. Planning – prepare ini itu? oleh Yunita dan Lia yang koordinir semua. Mobil? teman saya yang handle, siapa nyetir? ada papa dan mama yang handle juga – “mama papa” istilah untuk kedua teman saya yang sudah menikah telebih dahulu. Penghibur dikala suntuk, ada Yunita yang manja dan tingkahnya yang konyol di mobil (di saat orang-orang mantengi google map tengah malam, dia malah pulas tidur dengan posenya yang nggak banget-bikin ketawa), makan? Gila kita hampir nggak pernah kelaperan sepanjang perjalanan karena bekal dari ibu saya saat berangkat dan bekal dari Desy saat pulang yang luar biasa banyak. Saya ngapain? Saya cuma.... You Know lah. Karena saya yakin, Allah tuh Maha Pengasih dan Penyayang dan saya juga punya teman-teman yang super duper hebat, kece dan ngangenin.
Kesimpulannya semua lancar, selamat dan bahagia.
Terima Kasih buat hari yang indah.
Memories at Tuban with RanDLY.

Komentar