Langsung ke konten utama

BROMO – How Amazing this Experience Touring with Them



Probolinggo, 10 Januari 2014

Ini gila dan benar-benar gila. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih dengan pengalaman indah yang saya rasakan dengan teman-teman saya. Ini setelah saya menonton Video .... dari ibu Dosen (kisah : postingan pertama di blog ini). IYA, rahasia itu benar-benar bekerja kepada saya.

            Berawal dari sebuah film “5 cm” yang garis besar menceritakan perjalanan mendaki sebuah gunung bersama teman-temannya. Ditambah dengan sebuah program televisi yang menceritakan perjalanan petualang indah mereka ke tempat-tempat yang luar biasa di indonesia. Wow!!! Lalu muncul di benak saya “mungkinkah saya bisa mendapatkan pengalaman touring yang luar biasa dengan teman-teman saya seperti mereka – film dan program di televisi itu?”

Langkah pertama yang saya lakukan adalah melalui sebuah photo yang saya unduh di website, lalu saya gunakan sebagai wallpaper di HP jadul saya. Wallpapernya adalah sebuah tangga yang ada diperuntukan untuk pengunjung yang mendaki gunung Bromo. Serius, setiap kali selesai mata kuliah mentalitas, saya selalu melihat hp saya sambil tersenyum-tersenyum sendiri.

Saya nggak tahu dengan siapa saya ke sana? Naik apa? Kapan? Gimana caranya?

Abaikan kebingungan tersebut, karena nyatanya saya lebih fokus dengan keindahan pemandangan yang mungkin akan terlihat dan bagaimana keseruan perjalanan tersebut dengan teman-teman saya yang nggak tahu siapa. Saya membayangkan ketika saya mendaki tangga yang sangat tinggi itu. Lalu saya menarik nafas dalam untuk menghirup udara pegunungan yang sangat sejuk. Saya sangat takjub dengan pemandangan di sana dan saya berfoto di tangga yang tersimpan sebagai wallpaper hp saya saya saat itu. Hingga suatu hari, hal itu benar-benar terjadi.


Teman saya bernama Yunita siang itu bertanya kepada saya, “mau ikut ke Bromo?”. Lalu saya balik bertanya, “kapan?” dan jawab yang membuat saya ragu adalah saat dia berkata,”nanti malam”. Oke fix, ini gila dan tanpa rencana. Saya pun memutuskan untuk ikut berpetualang saat itu. Di tengah-tengah skripsi yang belum kelar, teman-teman saya mengajak ke Bromo. Seneng banget, asli. Nggak ada persiapan, pakai sepatu kuliah, jaket RanDLY, penutup hidung yang biasa dibuat pulang motoran ke Lamongan, tas nya juga tas laptop punya adik, bawa bekal cuma telor rebus setengah kilo.

Ini perjalanan pertama saya yang paling jauh dengan menggunakan sepeda motor. Berangkat jam 10 malam dari Madura dan sampai probolinggo kalau tidak salah di sana sekitar jam 02.00 atau 03.00 wib pagi. Naik motor dan pesertanya ada sekitar 14 orang termasuk saya. Sebenarnya bukan bromo, tapi ada 1 lagi tempat wisata tujuan kami setelah bromo yang paling jauh perjalanannya, tapi itu masih rahasia, untuk kisah ajaib selanjutnya ya.

Sampai di B29 dengan tujuan melihat matahari terbit, sepertinya bukan hal patut saya banggakan karena saat sampai di sana cuaca kurang mendukung. Di gunung, naik motor dan hujan, OMG!!! kalian bisa membayangkan bagaimana dinginnnya udara yang menusuk di setiap aliran darah yang mengalir di tubuh kami. Cuaca mendung memaksa kami turun menuju tujuan utama kami. Yeay, gunung Bromo dan Bukit Teletabis menyambut kami di padang pasir. Gila, indah banget dan dalam hati saya berteriak kegirangan.

“How amazing this experience!!! Gokil, indah dan Thank Ya Allah perjalanan ini bener-bener indah banget,”

Saya sungguh berterima kasih kepada Tuhan YME dan Teman-teman saya yang dengan senang hati menerima saya ikut serta dalam rombongan mereka. Ini seperti saya meminta perjalanan yang luar biasa dan Allah memberikan segala kemudahan mulai dari Armada, tempat tinggal, dan teman-teman yang dengan mereka saya bisa ke sini tanpa rasa ragu sedikitpun.
Poin yang menakjubkan di sini adalah:
1.      Saya meminta sebuah paket perjalanan mendaki gunung melalui doa dan sebuah gambar di wallpaper yang hampir saya lihat setiap hari.
2.      Permintaan saya tersebut akhirnya benar-benar terwujud dan saya baru sadar di akhir perjalanan bahwa saya sudah berfoto di tempat yang gambarnya terpampang jelas di wallpaper hape jadul saya. *dengan senyum bahagia sambil memeluk pegangan di tangga tersebut*.
3.      Ini di luar dugaan saya karena teman-teman saya yang mengajak saya nyatanya adalah orang-orang di kampus yang menurut saya mustahil jika saya bisa berteman dengan mereka karena – prestasinya, keramahannya, dan lingkungan pertemanan mereka yang ya kalian tahu lah, rasanya saat dalam hati pernah terbesit pemikiran seperti ini “mana mungkin mereka mau berteman dengan orang biasa seperti saya? #minder”.
4.      Terakhir saya baru sadar jika sepanjang perjalanan saya benar-benar bahagia dalam artian tidak khawatir tentang apapun kecuali udara dinginnya yang extreme. Partner saya yang membonceng saya dan teman-teman lainnya begitu hafal rutenya, ada teman yang rumahnya di probolinggo dan dengan kemurahan hatinya, ia mau menerima 14 orang ini untuk transit (beristirahat, ibadah dan makan), dan lain sebagainnya. Ini seperti saya menclok di motor lalu saya mengikuti mereka dan menikmati setiap momen indah di sepanjang perjalanan.

Apakah saya berlebihan? Emmmm setiap orang bisa mendeskripsikan arti bahagianya masing-masing termasuk bahagianya saat liburan.

            Ini perjalanan di tahun 2014 guys, dimana saat orang-orang masih jarang yang touring ke gunung dengan motor yang tidak se-hits di tahun 2016 atau 2017. Di tahun 2018 ini saya persembahkan rasa syukur dan terima kasih saya melalui tulisan ini agar saya bisa selalu ingat bahwa saya pernah ke gunung, saya pernah touring, dan saya punya teman-teman hebat seperti mereka.

            Terima kasih yang sangat banyak juga saya tujukan untuk Tuhan YME yang telah mendengar doa dan mewujudkan imaginasi saya, untuk ibu Hera untuk rahasianya yang amazing, dan untuk seluruh tim Rhonda B yang menunjukkan cara meraih keajaiban demi keajaiban.
Salam ngopi...



Jujur- Sedih sedikit saat personil RanDLY tidak benar-benar komplit ketika touring berlangsung– mama Lia nggak bisa ikut 

Komentar